Terkembangnya Layar Pujangga Baru

Pujangga Baru merupakan sebuah
periode dan momentum penting dalam perjalanan sastra Indonesia. Pujangga Baru
adalah corong awal lahirnya polemik dan pembahasan mengenai sifat dan arah
kebudayaan “Indonesia” ke depan, yang berlangsung lebih satu dekade sebelum apa
yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia sendiri itu lahir.
Lahirnya Pujangga Baru—sebagai
majalah maupun gerakan kebudayaan—tak bisa dilepaskan dari Balai Pustaka,
khususnya majalah dwimingguan Panji Pustaka. Majalah Panji Pustaka menampilkan
ruang “Memajukan Kesusasteraan” yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisjahbana
(STA), ruang ini diharapkan menjadi saluran bagi gelora kebangkitan baru
penulisan non-tradisional, yaitu tulisan yang coraknya lebih modern. Dalam
ruang ini, STA menampilkan sebelas tulisan beruntun karangannya sendiri “Menuju
Kesusasteraan Baru” pada November 1932. Ketika itulah Armijn Pane, yang
merupakan pembaca Panji Pustaka dan guru di sekolah Taman Siswa Kediri
sering berkirim surat kepada STA mengenai ruang “Memajukan Kesusasteraan” dan
tulisan STA “Menuju Kesusasteraan Baru”. Surat-menyurat itu merupakan diskusi
intens yang berisi pandangan mereka tentang kesusasteraan yang bercorak modern.
Armijn banyak menyinggung beberapa pengarang muda (salah satu pengarang yang
disebut adalah Amir Hamzah) yang mengamini tulisan STA dan setuju pada
pandangan STA mengenai kesusasteraan baru, pada akhirnya STA dalam salah satu
suratnya mengutarakan keinginannya untuk mempertemukan para pengarang muda itu
dalam sebuah pertemuan. Namun gagasan STA ini ditolak Armijn karena menurutnya
yang paling penting pada saat itu adalah adanya sebuah wadah yang menampung
karya-karya mereka, yaitu sebuah majalah, setelah majalah itu ada, maka upaya
untuk mempertemukan pengarang muda itu akan semakin mudah.
Gagasan membuat sebuah majalah baru
yang dilontarkan Armijn adalah bentuk kekhawatirannya terhadap kebijakan dalam
tubuh Panji Pustaka yang tak bisa dilepaskan dari pengaruh Balai Pustaka
yang notabene merupakan milik pemerintah kolonial, yang menurutnya bisa menjadi
batu sandungan dari gagasan-gagasan mereka. Armijn menginginkan sebuah majalah
yang independen, lepas dari keterikatan dengan pihak manapun.
Majalah yang mereka gagas itu
terbit perdana pada bulan Juli 1933, dengan nama Poejangga Baroe,
dinamai demikian karena menurut STA majalah itu diharapkan akan menjadi
penambat pujangga-pujangga muda, pujangga-pujangga yang baru, di majalah inilah
mereka bisa bersuara sebebas-bebasnya. Poejangga Baroe edisi perdana ini
diterbitkan oleh Kolff & Co. yang merupakan percetakan milik Belanda,
sebuah langkah pragmatis yang diambil karena secara tidak langsung telah
menggerus idealisme mereka untuk tidak terikat dengan pihak manapun. Namun STA
tetap mengajukan syarat-syarat tertentu yang membuat pihak Kolff hanya setuju
menerbitkan satu edisi saja, menolak kerjasama untuk edisi berikutnya.
Dewan redaksi Poejangga Baroe edisi
perdana adalah STA, Armijn, dan Amir Hamzah, diberi kata pengantar oleh Ki
Hadjar Dewantara. Dalam edisi perdana ini, dimuat sebelas puisi. STA menulis
karangan “Menuju Seni Baru”, yang masih merupakan kelanjutan pemikiran
sebelumnya pada “Menuju Kesusasteraan Baru”, yang intinya adalah mengajak
khalayak untuk beranjak pada meniru penemuan masa lalu dan tradisi kesenian
kuno dengan berpandangan baru menciptakan seni baru. Sementara Arnijn menulis
“Kesusasteraan Baru” yang memaparkan penerapan teori yang ditawarkan STA.
Armijn menyinggung gejala yang dihadapi para pengarang muda yaitu kegamangan
dan kebingungan yang menunjukkan hasrat mereka untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Menurut Armijn, “pencarian” pengarang muda itu merupakan cerminan
pergolakan yang dialami oleh masyarakat “Indonesia” pada umumnya. Dua tulisan
(STA dan Armijn) ini menyiratkan sikap mereka secara umum mengenai Poejangga
Baroe. Armijn lebih memandang majalah ini sebagai majalah sastra, corong
yang dimaksudkan semata-mata untuk perkembangan kesusasteraan, sementara
pandangan STA lebih luas, tak hanya memikirkan kesusasteraan saja namun juga
pembahasan mengenai masalah yang berhubungan dengan perkembangan kebudayaan
secara luas.
Pada tahun kedua majalah ini,
pembahasan tentang kesusasteraan mulai berkurang. Tulisan-tulisan Armijn yang
banyak mengkritik dan membedah karya-karya terutama roman yang diterbitkan oleh
Balai Pustaka yang rutin muncul pada tahun pertama lambat-laun tergantikan
tulisan-tulisan STA tentang pandangannya mengenai renaissance sosial dan
budaya “Indonesia”. Hal ini menunjukkan pergeseran tujuan majalah ini yang
semula sebagai corong “Sastera Indonesia” ke “Budaya Indonesia”. Pada tahun
ketiga, corak dan bahasan majalah ini semakin meluas, hal ini bisa dibaca dari
tujuan yang tertera di bawah nama majalah ini untuk “menyusun dan mengusahakan dan mendorong
kebudayaan baru, yaitu kebudayaan persatuan”. Pada masa inilah konsep politik
tentang “Indonesia” mulai terbentuk.
Poejangga Baroe terus
terbit hingga tahun 1942, kemudian dilarang oleh penguasa militer Jepang karena
dianggap progresif dan kebarat-baratan. Di awal kemunculan majalah ini, jauh
sebelum datangnya Jepang, majalah ini memang dilabeli sebagai gerakan
“Westernisme”, karena digawangi oleh orang-orang eks Balai Pustaka, apalagi
dicetak oleh percetakan Belanda. Meskipun Poejangga Baroe kembali terbit
pada tahun 1949-1953 dengan kendali STA dan wajah-wajah baru seperti Chairil
Anwar, Asrul Sani, dll. namun semangatnya sudah jauh berbeda dengan tahun
1930-an, barangkali karena kondisi sosial-politik yang sudah sangat jauh
berubah, Poejangga Baroe periode kedua bukan lagi berada pada periode
pra-Indonesia yang kaya akan gagasan tentang tawaran dan gagasan kebudayaan
masa depan.
Apapun yang terjadi, sumbangan
Pujangga Baru terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia khususnya
kesusasteraan tidak dapat dinafikan. Pujangga Baru telah berhasil mengembangkan
layar di samudera kebudayaan Indonesia.
Wacana dan gagasan yang
mereka lontarkan membawa pengaruh besar bagi generasi yang lahir dan muncul
kemudian. []

Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Terkembangnya Layar Pujangga Baru"
Posting Komentar